Filosofi Dalam Seni Ukir Suku Dayak
MNews.co.id – Pasar untuk seni ukir Dayak memang tidak seluas pasar bagi kerajinan ukir dari Jepara, Jawa Tengah. Namun, banyak yang mencari dan memesannya karena motif Dayak sangat kuat nilai etniknya.
Dibandingkan dengan ukiran dari Jepara, harga produk ukiran Dayak memang relatif lebih mahal. Hal ini bukan dikarenakan pengrajin ukiran Dayak menetapkan margin keuntungan yang tinggi. Mahalnya produk ukiran Dayak karena bahan baku yang sulit didapat. Seni ukir Dayak membutuhkan kayu ulin sebagai bahan bakunya. Padahal, jenis kayu ini sudah sangat langka ditemukan di hutan-hutan di Kalimantan Timur.
Masyarakat Dayak memiliki kekayaan seni ukir yang dekat dengan alam, sehingga umumnya motif yang digunakan tak jauh dari motif tumbuhan dan satwa, serta berbagai simbol kepercayaan mereka. Hal ini terlihat dari penggunaan motif-motif unik khas Dayak yang digunakan mulai dari interior bangunan rumah, peralatan rumah tangga, sampai perangkat kesenian.
Motif seni lukis suku Dayak seringkali digunakan dalam perpaduan baik itu seni lukis tubuh ataupun berbagai lukisan kemudian ukiran dan pahatan pada rumah adat (rumah betang), properti alat musik tradisional seperti sape/kecapi, senjata (mandau, sumpit, telawang), topeng/bukung, serta sulam atau rajutan pada busana adat (baju kapuak yang terbuat dari kulit kayu).
Motif Burung Enggang, Naga dan Anjing
Motif seni lukis Suku Dayak adalah merupakan perpaduan antara suatu pola dasar yang memiliki artinya masing-masing. Kemudian dikreasikan dalam berbagai perpaduan beberapa motif dasar sehingga menjadi satu kesatuan rangkaian makna yang berarti. Motif itu sendiri biasanya diambil dari bentuk binatang (burung enggang/tingang, naga, anjing, dan sebagainya), tanaman atau bunga, wajah manusia, dan lain sebagainya.
Motif burung enggang, simbol paling dominan dalam ukiran motif dayak, biasa ditautan dengan kompilasi motif naga. Hal ini dikarenakan enggang dan naga merupakan simbol penguasa alam. Menurut kepercayaan budaya suku Dayak, Mahatala atau Pohotara yang disimbolkan dengan Enggang Gading merupakan jelmaan dari Panglima Burung yang datang hanya dalam keadaan perang.
Kompilasi motif naga (Jata/Juata) dari berbagai suku dayak dianggap sebagai simbol suci, sang penguasa alam bawah (tanah/air). Sementara kompilasi motif anjing, merupakan binatang jelmaan dewa yang diusir dari khayangan dan diturunkan ke bumi untuk menjaga manusia. Motif perisai, yang di dalamnya terukir perpaduan motif kreasi dari berbagai pola motif dasar. Makna perisai adalah pertahanan yang kokoh suku Dayak.
Material yang digunakan serta berbagai motif, warna dan filosofi ukiran yang ada di berbagai barang hingga rumah adat di Kalimantan Timur dan Utara menjadikan seni ukir Dayak memiliki nilai yang tinggi dan istimewa.
Sumber :
https://mnews.co.id/read/kerjinan/filosofi-dalam-seni-ukir-suku-dayak/
Menarik Untukmu
Karya yang menarik untuk anda
Kebudayaan Nasional
Video seputar kebudayaan Indonesia
BKN Band - Lir Lir
Lir Ilir merupakan senandung yang berisikan nasihat kebaikan. Lagu ini diciptakan Sunan Kalijaga dan dijadikan sebagai sarana penyebar agama Islam terutama di pulau Jawa.