Mengenal Perang Masa Lalu dari Tari Kabasaran
Namanya adalah Tari Kabasaran yang berasal dari wilayah Minahasa, Sulawesi Utara. Tarian ini bisa dibilang unik karena selain penarinya memakai kostum yang meriah dan berwarna merah serta membawa senjata seperti mau perang. Ternyata Tari Kabasaran ini merupakan tarian yang sering dilakukan oleh prajurit Minahasa sebelum atau sepulang dari medan perang dan konon katanya tarian ini tak bisa dipisahkan dari latar belakang leluhur Minahasa dimana terdapat banyak ancaman keamanan.
Istilah kabasaran sendiri merupakan perubahan dari kawasaran. Kawasaran berasal dari kata wasar yang artinya ayam jantan aduan yang sengaja dipotong jenggernya agar lebih galak saat diadu sehingga tak heran jika para penari Kabasaran bergerak layaknya dua ekor ayam yang sedang bertarung. Bentuk dasar dari tarian ini adalah sembilan jurus pedang atau sembilan jurus tombak dengan langkah kuda-kuda 4/4 yang terdiri dari dua langkah ke kiri dan dua langkah ke kanan. Tiap penari kabasaran memiliki satu senjata tajam yang merupakan warisan dari leluhurnya karena penari kabasaran adalah penari yang turun temurun.
Tarian ini pada umumnya terdiri dari tiga babak, yakni:
- Cakalele, yang berasal dari kata ‘saka’ yang artinya berlaga dan ‘lele’ artinya berkejaran melompat-lompat. Babak ini dulunya ditarikan ketika para prajurit akan pergi berperang atau sekembalinya dari perang. Dalam babak ini menunjukkan keganasan berperang pada tamu agung untuk memberikan rasa aman pada tamu agung yang datang berkunjung sekalipun setan akan takut mengganggu tamu agung dari pengawalan penari kabasaran.
- Babak kedua ini disebut Kumoyak yang berasal dari kata ‘koyak’ artinya mengayunkan senjata tajam pedang atau tombak turun naik, maju mundur untuk menenteramkan diri dari rasa amarah ketika berperang. Kata ‘koyak’ sendiri bisa berarti membujuk roh dari pihak musuh atau lawan yang telah dibunuh dalam peperangan.
- Lalaya’an yaitu pada bagian ini para penari menari bebas riang gembira melepaskan diri dari rasa berang seperti menari ‘Lionda’ dengan tangan di pinggang dan tarian riang gembira lainnya. Keseluruhan tarian ini berdasarkan aba-aba atau komando pemimpin tari yang disebut ‘Tumu-tuzuk’ (Tombulu) atau ‘Sarian’ (Tonsea). Aba-aba diberikan dalam bahasa sub etnik tombulu, Tonsea, Tondano, Totemboan, Ratahan, Tombatu dan Bantik. Pada tarian ini seluruh penari harus berekspresi garang tanpa boleh tersenyum kecuali pada babak lalayaan dimana para penari diperbolehkan mengumbar senyum riang.
Menarik Untukmu
Karya yang menarik untuk anda
Kebudayaan Nasional
Video seputar kebudayaan Indonesia
BKN Band - Lir Lir
Lir Ilir merupakan senandung yang berisikan nasihat kebaikan. Lagu ini diciptakan Sunan Kalijaga dan dijadikan sebagai sarana penyebar agama Islam terutama di pulau Jawa.