Kang Ibing (Raden Aang Kusmayatna Kusumadinata)

Raden Aang Kusmayatna Kusumadinata atau lebih di kenal dengan nama “Kang Ibing”, lahir di Sumedang pada 20 Juni 1946 dan meninggal di Bandung pada 19 Agustus 2010. Kang Ibing adalah salah satu seorang seniman asli Sunda yang namanya melegenda hingga saat ini.
Kariernya di dunia hiburan berawal sebagai pembawa acara “Obrolan Rineh” di Radio Mara Bandung. Gaya bicaranya yang berintonasi khas Sunda membuat acara yang sarat dengan kritik sosial ini dapat menjadi lebih menarik dan terkesan kocak sekaligus santai. Nama Kang Ibing yang saat menjadi mahasiswa jurusan Sastra Rusia pada Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran pernah menjabat sebagai Ketua Kesenian Daya Mahasiswa Sunda (DAMAS) dan Penasihat Departemen Kesenian Unpad ini pun semakin dikenal luas khususnya oleh para pecinta Radio Mara.
Pada tahun 1970, Kang Ibing bergabung dengan sebuah Group lawak beranama “De Kabayan” yang beranggotaan dengan Suryana Fatah, Wawa Sofyan, Ujang dan Kusmayatna (kang Ibing). Setiap personel dalam De Kabayan menampilkan ciri khas tesendiri yang mewakili etnis tertentu. Suryana Fatah biasanya tampil dalam sosok seorang Tionghoa bernama Koh Holiang, Wawa Sofyan berperan sebagai seorang jawa bernama Mas Sastro,Kusmayatna sendiri menggambarkan sosok seorang Sunda bernama Kang Maman alias Ibing, lengkap dengan peci dan kain sarung yang selalu tersampir di pundaknya.
Setelah sukses menggeluti dunia lawak, pada tahun 1975 Kang Ibing mulai merambah ke dunia layar lebar dengan bermain dalam film berjudul Si Kabayan arahan sutradara Tutty Suprapto. Konon, dipilihkan Kang Ibing untuk memerankan karakter Si Kabayan yang merupakan tokoh legendaris dalam cerita rakyat Pasundan karena Tutty Suprapto merasa tertarik dengan gaya bicara Kang Ibing saat masih menjadi pembawa acara di Radio Mara.
Beberapa Film yang pernah di bintangi oleh Kang Ibing:
- Si Kabayan (1975)
- Ateng The Godfather (1976)
- Bang Kojak (1977)
- Si Kabayan dan Gadis Kota (1989)
- Boss Carmad (1990)
- Komar Si Glen Kemon Mudik (1990)
- Warisan Terlarang (1990)
- Di Sana Senang Di Sini Senang (1990)

Memasuki era 90 dan 2000-an, seiring dengan bertambahnya usia dan terpencarnya anggota De Kabayan karena kesibukan masing-masing, Kang Ibing secara perlahan mulai meninggalkan dunia hiburan dan beralih ke dunia religi. Ia menjadi seorang dai atau penceramah agama. Saat menjadi pendakwah, pria yang pernah menjabat sebagai direktur salah satu bioskop di Kota Bandung itu kerap memberikan ceramah ke berbagai tempat, dari mulai daerah pedesaan dan perkotaan di wilayah Indonesia hingga ke mancanegara, seperti Timor Timur dan Australia. Tema ceramahnya umumnya menyangkut masalah keseharian yang dibalut dengan gaya humor yang cerdas dan santai, sehingga mudah dicerna oleh para pendengarnya.
Di sela-sela kesibukannya sebagai seorang pendakwah Kang Ibing masih sempat menggeluti hobi lamanya, yaitu memelihara domba aduan. Untuk hobinya yang satu ini Kang Ibing tidak segan-segan mengambil rumput sendiri di pematang sawah yang berada di sekitar komplek perumahannya di Pandan Wangi Ciwastra Bandung.
Generasi muda Sunda sekarang menurut Kang Ibing, pada umumnya sudah kurang mengenal jati diri Ki Sunda. Basa teh Ciciren Bangsa dalam arti Bahasa itu menunjukkan Bangsa. Refleksinya terlihat dari banyaknya anak muda Tatar Sunda dewasa ini yang malu berbahasa Sunda. Hal ini disebabkan tidak adanya infilterisaasi budaya luar yang masuk, sehingga menyebabkan terjadinya pergeseran nilai tersebut. Pendapatnya mengenai manusia Sunda yang ” Nyunda” adalah yang mengetahui sekaligus menghargai Kebudayaan Sunda serta “Sarakannana” dalam arti tempatnya. Sehingga tumbuh rasa kasundaan bagi orang Sunda.
Sumber: https://uun-halimah.blogspot.com/2010/09/kang-ibing.html , https://yadiezblog.wordpress.com/2014/02/25/biografi-kang-ibing-sang-legenda-sunda/ , https://sumedangonline.com/2010/05/kang-ibing-raden-aang-kusmayatna-kusumadinata/
Menarik Untukmu
Karya yang menarik untuk anda
Kebudayaan Nasional
Video seputar kebudayaan Indonesia
BKN Band - Lir Lir
Lir Ilir merupakan senandung yang berisikan nasihat kebaikan. Lagu ini diciptakan Sunan Kalijaga dan dijadikan sebagai sarana penyebar agama Islam terutama di pulau Jawa.