Soekarno dan Seni
Soekarno dan Seni seperti dua sisi mata uang, keduanya saling berhubungan sangat
erat dan merupakan satu kesatuan. Soekarno sangat mencintai seni, itu fakta sejarah.
Dalam kalimat pembuka otobiografinya, “Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat
Indonesia”, dia mengakui bahwa untuk menggambarkan dirinya, cara termudah ialah
dengan menyebutnya “mahapecinta”. Selain mencintai negerinya, Soekarno mencintai
rakyatnya, mencintai perempuan, mencintai seni, dan seterusnya. “Aku bersyukur
kepada Yang Maha Kuasa, karena aku dilahirkan dengan perasaan halus dan darah
seni”.
Seni bagi Soekarno seperti ruh, membuat apapun karya atau hasil kerjaan terasa
hidup. Soekarno dengan seni selalu berdampingan, di Ende misalnya, Soekarno
membuat sandiwara untuk membunuh kesepiannya. Ada sekitar 12 naskah yang dia
tulis selama pembuangannya. Kecintaan pada seni turut mempengaruhi gaya
kepemimpinan Soekarno. Sebagai contoh, menurut sejarawan Asvi Warman Adam,
Soekarno berperan penting dalam penentuan lambang negara. Desain pakaian-
pakaiannya, terutama jas, banyak yang dia kerjakan sendiri.
Soekarno pernah menggunakan seni dalam menganalogikan sistem pemerintahan
demokrasi terpimpin. Demokrasi Terpimpin dianalogikan seperti sebuah orkesta,
meski masing-masing elemen punya peran penting, tanpa dirijen mereka tak akan bisa
menghasilkan alunan nada yang harmonis. Dirigenlah yang bertugas membuat peran-
peran itu menjadi padu. Menghasilkan sebuah karya musik nan apik.
Bung Karno mengoleksi ribuan lukisan di istana negara, “Objek lukisan favorit Bung
Karno adalah lukisan naturalis yang menggambarkan landscap keindahan Indonesia,
lukisan ini beliau pajang ketika pameran di Hotel Indonesia sebuah tempat
bersinggungnya hubungan-hubungan internasional saat itu,” ujar Seniman muda
Mevlied Nahla.
Soekarno tak hanya menikmati seni untuk dirinya sendiri, Soekarno ikut menularkan
jiwa seni kepada rakyatnya. Lebih jauh, Soekarno menggunakan seni sebagai media
merancang, membangun dan merawat bangsanya. Patung, monumen, bangunan,
lukisan, lagu dan lain sebagainya menjadi buktinya. Tak jarang Soekarno harus
merogoh koceknya sendiri untuk mewujudkan karya-karya seni itu. Bila memang ada
klasifikasi ‘seni untuk bangsa’, “Soekarno itu di situ perannya,” ujar Asvi Warman
Adam.
“Seni hanyalah seni yang sebenarnya bila ia merupakan hasil ciptaan sendiri. Maka
itu kami membina seni Indonesia yang timbul dari nalurinya sendiri. Kami
menganjurkan realisme, sebab kami adalah putra-putra alam, dan kami bukan hasil
karya dari kekerasan kaum modernis. Rakyat Indonesia sendirilah yang nanti akan
menentukan gaya seninya”.
Ir. Soekarno – Jakarta, 5 November 1952
Sumber: Historia.id dan Merdeka.com
Menarik Untukmu
Karya yang menarik untuk anda
Kebudayaan Nasional
Video seputar kebudayaan Indonesia
BKN Band - Lir Lir
Lir Ilir merupakan senandung yang berisikan nasihat kebaikan. Lagu ini diciptakan Sunan Kalijaga dan dijadikan sebagai sarana penyebar agama Islam terutama di pulau Jawa.