Mengenal Ubrug, Teater Rakyat Banten yang Melegenda
Banten tidak hanya dikenal sebagai daerah dengan tradisi debusnya saja. Salah satu tradisi khas Banten yang jarang diketahui khalayak umum adalah Ubrug. Ubrug adalah kesenian dalam bentuk teater rakyat yang hingga saat masih bertahan di tengah gerusan modernisasi zaman. Kesenian ini bisa dibilang mirip dengan Kabaret.
Untuk sejarahnya sendiri, Ubrug diketahui sudah ada sejak zaman Indonesia belum merdeka. Bahkan salah seorang budayawan Tisna Sopandi menyebut jika Ubrug sudah ada sejak 1918. Ubrug sendiri merupakan bagian dari bahasa Sunda ‘gebrugan’ yang memiliki arti campur aduk dalam suatu lokasi.
Dahulu diawal kemunculannya, Ubrug sangat identik dengan kehidupan para petani yang ada di Banten. Sepulang bercocok tanam di sawah banyak petani merasa lelah terutama ketika musim panen tiba. Lantas guna mengatasi kelelahan tersebut beberapa petani akhirnya mengambil jalan untuk menampilkan pertunjukan sederhana dengan memanfaatkan jerami sisa panen.
Lokasi yang hampir selalu dipilih untuk memulai pertunjukan Ubrug ada di gubuk di sawah dengan diiringi dengan waditra yang merupakan alat musik karawitan khas Sunda. Hingga seiring berjalannya waktu, masyarakat Banten mulai mengenal Ubrug sebagai pertunjukan yang menghibur. Persebaran kesenian Ubrug dimulai dari kawasan Leuwi, Damar, Cikeusal, Pagelaran, Pandeglang serta Panimbang. Setelah itu, pertunjukan ini mulai berkembang di daerah Serang, tepatnya Kampung Prisen, Kiara, Walakanta Serang.
Jika dahulu gubuk di sawah merupakan tempat favorit untuk mementaskan Ubrug, sekarang pertunjukan Ubrug biasa digelar di halaman yang luas agar bisa menampung banyak penonton. Ubrug sendiri sampai sekarang sering dipentaskan untuk memeriahkan hajatan besar. Untuk pemain biasanya terdiri dari empat bagian yaitu lakon, sinden, penari dan nayaga atau panjak. Selama pertunjukan, busana lakon akan disesuaikan dengan tema cerita yang ingin disampaikan.
Alat musik waditra yang digunakan seperti tepak, kentung dan kendang gede akan menjadi pengiring pementasan Ubrug. Sementara itu lagu wajibnya adalah Tepang Sono dan Kidung Salamet, lagu lainnya adalah Daun Pulus dan Kembang Boled.
Ada hal yang cukup membedakan antara teater Ubrug dengan teater lainnya bahkan bisa dibilang ini sebagai keunikannya. Dalam sebuah pertunjukan teater pada umumnya membutuhkan peran sutradara untuk mengarahkan jalannya cerita tapi ini tidak berlaku pada teater Ubrug. Para pemain Ubrug tidak wajib menghafalkan naskah cerita namun sebaliknya para pemain harus bisa melakukan improvisasi dengan tetap sesuai tema cerita.
Keunikan lainnya adalah sebelum pementasan berlangsung tetap ada beberapa ritual yang mengiringi jalannya atraksi Ubrug. Salah satunya adalah ritual ngukus yakni merupakan ritual memanjatkan doa dengan membakar kemenyan di antara dua alat musik gong. Ritual ini akan dipimpin oleh tetua yang ada di grup pementasan tersebut. Kemudian tidak ada pemisah atau pagar yang membatasi pemain dengan penonton. Ini sesuai dengan pengertian Ubrug menurut istilah yang berarti berkumpul di satu tempat yang sama.
Menarik Untukmu
Karya yang menarik untuk anda
Kebudayaan Nasional
Video seputar kebudayaan Indonesia
BKN Band - Lir Lir
Lir Ilir merupakan senandung yang berisikan nasihat kebaikan. Lagu ini diciptakan Sunan Kalijaga dan dijadikan sebagai sarana penyebar agama Islam terutama di pulau Jawa.