Merawat Ludruk, Merawat Ekpresi Kerakyatan
Jawa Timur memang dikenal memiliki banyak kesenian, salah satunya adalah seni teater tradisional yang cukup populer sampai sekarang yaitu Ludruk. Ludruk sendiri memiliki arti “molo-molo” dan “gedrak-gedruk” yang artinya mulut penuh dengan tembakau sugi ketika dimuntahkan bisa mengeluarkan kata-kata yang membawakan kidung dan dialog. Bisa juga diartikan sebagai kakinya menghentak-hentak saat menari diatas pentas.
Sejarah Ludruk diyakini sudah berkembang di masyarakat Majapahit sejak abad ke- 12 m asehi yang saat itu dikenal sebagai Ludruk Bandhan. Ludruk Bandhan merupakan kesenian pamer kekuatan dan kekebalan pada masa itu. Para pemain Ludruk Bandhan akan beratraksi dengan diiringi alat musik kendang dan jidor di tanah lapang. Ludruk Bandhan kemudian berkembang menjadi seni pertunjukan lerok Pak Santik pada tahun 1907 di Jombang.
Dalam pementasannya Ludruk mengambil cerita tentang kehidupan rakyat sehari-hari atau cerita perjuangan. Namun tak hanya adu peran yang dipertontonkan, seni teater ini juga disisipi lawakan serta iringan gamelan dan untuk pembuka biasanya dengan pementasan tari Remo. Tarian ini memiliki gerakan yang indah serta menggambarkan seorang yang gagah dan tampan dengan rias wajah dan busana yang menarik.
Penampilan tari Remo diiringi dengan musik gamelan yang sesuai. Memiliki lagu khas berupa kidungan jula-juli. Seniman ludruk yang populer melantunkan jula-juli adalah Kartolo. Seniman ini menyiratkan pesan pada setiap jula-juli yang ia bawakan, sedangkan untuk busana yang digunakan dalam pementasan Ludruk tersebut menggambarkan kehidupan rakyat sehari-hari.
Bahasa yang digunakan pun berupa bahasa Jawa atau Madura dan dikemas dengan sangat sederhana agar terasa akrab dengan penonton. Meski menggunakan bahasa Jawa atau Madura, cerita yang dilontarkan para pemain ludruk pun dapat dimengerti oleh masyarakat luar Jawa karena para pemain tidak hanya mempertontonkan cerita dalam bentuk perbincangan, tapi juga dalam gerakan. Kemudian hal wajib bagi setiap orang yang ingin menjadi pemain Ludruk harus bisa berimprovisasi karena setiap pementasan tidak menggunakan naskah. Pemeran wanitanya pun biasanya diperankan oleh laki-laki. Harus diakui bahwa Ludruk sebagai salah satu kesenian tradisional yang memiliki banyak fungsi diantaranya:
- Ludruk menjadi media hiburan masyarakat
- Ludruk menjadi media untuk mengungkapkan suasana kehidupan masyarakat
- Ludruk bisa digunakan sebagai penyalur kritik sosial terhadap situasi pemerintah dan persoalan yang terjadi di masyarakat
- Pada zaman revolusi, Ludruk ini memiliki fungsi sebagai sarana hiburan yang digunakan untuk komunikasi antara pejuang bawah tanah dan rakyat yang menyaksikan
- Di zaman penjajahan Jepang, Ludruk berfungsi sebagai media kritik terhadap pemerintah
Interesting For You
Interesting Articles For You
National Heritage
Indonesian Cultural Videos
BKN Band - Lir Lir
Lir Ilir merupakan senandung yang berisikan nasihat kebaikan. Lagu ini diciptakan Sunan Kalijaga dan dijadikan sebagai sarana penyebar agama Islam terutama di pulau Jawa.